Lansia Risiko Alami Pikun? Intip Tips Cegah Pikun oleh Mahasiswa KKN Undip

Mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro (Undip) Desa Plosorejo menunjukkan kepeduliannya terhadap kesehatan lansia melalui program senam otak. Kegiatan ini berlangsung di Dusun Wates, Desa Plosorejo, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar pada Senin (5/08/2024). Kegiatan dihadiri oleh lebih dari dua puluh ibu-ibu.

Seperti yang sudah mafhum diketahui, usia lanjut menjadi salah satu faktor risiko munculnya kepikunan (demensia). Pikun dan lupa adalah hal yang berbeda. Pikun merupakan kondisi terjadinya penurunan daya kerja otak yang berlangsung progresif. Hal ini tentu akan mengganggu aktivitas harian, bahkan tidak menutup kemungkinan sampai tidak mampu melakukannya lagi. Melihat populasi lansia yang cukup tinggi di desa ini, Alfa Sofia, mahasiswa prodi Kedokteran Universitas Diponegoro berinisiatif membuat program kerja untuk mencegah kejadian pikun. 

“Cegah Pikun dengan Senam Otak“ begitu kiranya judul program kerja yang diusung Alfa Sofia. Ia membeberkan bagaimana saja cara mencegah kepikunan. “Ibu-ibu perlu mengonsumsi buah dan sayur yang kaya antioksidan; mengonsumsi makanan rendah lemak, gula, dan garam; banyak beraktivitas fisik minimal 30 menit/hari; serta hindari paparan asap rokok dan alkohol,” ujarnya.

Namun, selain empat hal di atas, ada pula satu tips lagi yang tak boleh ketinggalan, yakni stimulasi otak. Sembari menjelaskan mengenai senam otak, Alfa Sofia juga mendemonstrasikan beberapa contoh senam otak yang cukup efektif dan mudah.

Pertama, Gerakan 8. Caranya, luruskan tubuh menghadap satu titik yang terletak setinggi mata sebagai titik Tengah dari angka 8. Gerakkan tangan membentuk angka 8. Mata mengikuti gerak tangan, kepala bergerak sedikit dan leher tetap rileks.

Kedua, Gerakan Gajah. Caranya, berdiri dengan lutut tertekuk senyaman mungkin, lalu telinga diletakkan di atas bahu, tangan direntangkan lurus ke depan. Jari tangan melakukan Gerakan 8.

Ketiga, Gerakan Burung Hantu. Caranya, pijat satu bahu dengan tangan yang berlawanan, gerakkan kepala ke kiri dan ke kanan, keluarkan napas pada setiap putaran kepala.

Luar biasanya, peserta juga turut antusias mempraktikkan senam otak bersama sehingga program berjalan sangat seru. “Wah, mbak, saya jadi tau kalo sudah tua otak turun fungsinya, jadi perlu dirangsang (stimulasi) dengan senam otak,“ komentar salah satu ibu-ibu PKK. Harapannya, dengan adanya program kerja ini, dapat membuka wawasan baru bagi masyarakat dan turut menurunkan kejadian pikun pada lansia.

Editor: Dwy Sukmawati