KKN Undip Kembangkan Teknologi Ramah Lingkungan untuk Pembibitan Mangrove

Mangrove memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem pesisir, tetapi keberadaannya kerap terancam oleh berbagai faktor seperti abrasi, perubahan iklim, dan aktivitas manusia. Menyikapi masalah ini, seorang profesor dari Universitas Diponegoro (Undip) melalui tim KKN Tematik SDGs 2024 di Desa Tambakbulusan, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Demak,  memperkenalkan inovasi berupa teknologi ramah lingkungan untuk mendukung proses pembibitan mangrove.

Profesor Denny Nugroho Sugianto dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip menjelaskan bahwa teknologi ini bertujuan untuk memulihkan ekosistem pesisir secara efektif sekaligus berkelanjutan. Melalui pendekatan ini, pembibitan mangrove dilakukan dengan menggunakan bahan biodegradable sebagai pengganti media tanam berbasis plastik. Inovasi ini membantu mengurangi pencemaran lingkungan dan mempercepat pertumbuhan bibit mangrove.

“Teknologi ini dirancang agar mudah diaplikasikan masyarakat, terutama di daerah yang mengalami kerusakan ekosistem pesisir. Kami ingin memberikan solusi praktis yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga terjangkau,” ujar Prof. Denny.

Metode Inovatif untuk Restorasi Mangrove

Teknologi yang diperkenalkan menggunakan Eco-polybag yaitu media tanam berbahan alami yang dapat terurai di tanah. Dengan metode ini, bibit mangrove tidak perlu dipindahkan dari polibag ke lokasi tanam, sehingga mengurangi risiko kerusakan pada akar saat proses transplantasi. Selain itu, pendekatan ini memungkinkan masyarakat menanam mangrove dengan lebih cepat dan efisien.

Menurut Prof. Denny, teknologi ini telah diujicobakan di beberapa wilayah pesisir di Jawa Tengah, termasuk lokasi-lokasi yang rentan terhadap abrasi. Hasilnya menunjukkan tingkat keberhasilan tumbuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional.

Kolaborasi untuk Keberlanjutan

Keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada sinergi antara berbagai pihak. Universitas, pemerintah daerah, dan komunitas lokal bekerja sama dalam pelaksanaan program ini. Pemerintah mendukung dari sisi regulasi dan pendanaan, sementara kelompok masyarakat mendapatkan pelatihan untuk mengoperasikan teknologi tersebut.

Selain itu, upaya ini juga melibatkan sejumlah organisasi non-pemerintah (NGO) yang memberikan pendampingan dan edukasi kepada masyarakat. Kolaborasi multi-pihak ini dinilai penting untuk memastikan keberlanjutan restorasi mangrove di masa depan.

Dampak Positif bagi Lingkungan dan Ekonomi

Mangrove yang dipulihkan tidak hanya berfungsi sebagai pelindung alami dari abrasi dan banjir, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi. Ekosistem mangrove menjadi habitat bagi ikan, udang, dan biota laut lainnya yang menjadi sumber penghidupan masyarakat pesisir. Selain itu, kawasan mangrove yang sehat dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata ekowisata, membuka peluang ekonomi baru bagi warga setempat.

“Dengan teknologi ini, kami berharap masyarakat pesisir tidak hanya mampu memulihkan lingkungan mereka tetapi juga mendapatkan manfaat ekonomi jangka panjang,” tutup Prof. Denny.


Editor : Dwy Wahyuni