@2024 HARYANET
Dari Journaling hingga Relaksasi, Remaja Dusun Permitan Desa Bondowoso Berlatih Mengelola Emosi secara Sehat dan Cerdas! Program Kerja Mahasiswa KKN Tim II Undip Semarang
Menjadi remaja adalah masa yang sulit dalam fase kehidupan manusia. Mikirin sekolah, belum kalau sambil kerja, bikin pusing kepala. Begitulah ungkap Andika (17), salah satu peserta kegiatan “Pelatihan Pengelolaan Emosi Sehat dan Cerdas” yang dilakukan oleh Dita Indah Sari Mulyanto, mahasiswi Tim II KKN Undip 2024. Kegiatan pelatihan yang diikuti oleh 11 remaja Dusun Permitan ini dilaksanakan pada Minggu (28/7/2024) di Balai Kampung Dusun Permitan, Desa Bondowoso, Kec.Mertoyudan, Kab. Magelang, Jawa Tengah.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini, tugas perkembangan manusia menjadi lebih kompleks, meliputi penyesuaian diri dengan perubahan fisik dan seksual, pengembangan identitas diri dan identitas gender, pengembangan hubungan sosial yang lebih matang, pengembangan potensi akademik dan karir, hingga pencapaian kemandirian emosional.
Dengan berbagai tugas perkembangan yang tidak sederhana, remaja dihadapkan pada tantangan menghadapi tekanan yang timbul dalam pemenuhan tugas perkembangan mereka. Berbagai tekanan yang dirasakan oleh remaja dapat menjadi lebih buruk dan menimbulkan emosi negatif jika tidak dikelola dengan baik. Dalam program kerja KKN yang mengusung tema remaja sehat mental ini, Dita Indah mengenalkan apa itu stres, berbagai macam emosi dan pesan yang dibawanya, serta bagaimana mengelola emosi secara sehat dan cerdas untuk mencapai kemandirian emosional.
Sebelum memasuki sesi pelatihan, para peserta diajak untuk melakukan ice breaking berupa permainan “Marina Menari di Atas Menara” untuk meningkatkan semangat dan mengembalikan fokus peserta. Selanjutnya, Dita Indah selaku narasumber dalam kegiatan pelatihan ini mengenalkan pengertian dan gejala stres, di mana stres merupakan reaksi yang dialami seseorang baik secara fisik maupun emosional ketika mengalami perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang melakukan perubahan.
Sebagian besar peserta pelatihan ini setuju bahwa banyak sekali perubahan yang mereka alami setelah memasuki masa remaja. Tidak sedikit peserta yang bahkan bingung bagaimana menghadapi berbagai perubahan dalam diri mereka. Para peserta mengaku merasakan emosi yang semakin bergejolak. Ketika ditanya mengenai emosi, hal pertama yang terlintas di pikiran mereka adalah kata marah, kesal, hingga mengamuk. Padahal, ada banyak sekali emosi dalam diri manusia dengan masing-masing pesan yang dibawanya.
Pesan dari setiap emosi pun beragam. Misalnya saja emosi bahagia dirasakan karena ada sesuatu yang berharga untuk diri kita. Adapun emosi sedih muncul ketika kita ingin terhubung dengan orang yang disayang. Sedangkan emosi marah dapat hadir karena kita merasa ada sesuatu yang tidak adil yang terjadi pada kita. Pesan lain yang dapat disampaikan oleh tubuh adalah ketika merasakan emosi takut, di mana tubuh memberikan tanda bahwa ada bahaya yang sedang mengancam. Berbagai emosi dan pesan yang dibawa ini perlu dikenali dan dipahami agar seseorang lebih mawas terhadap emosi yang dirasakannya.
Dari pengenalan emosi ini, kegiatan pelatihan berlanjut dengan praktik mengelola emosi secara sehat dan cerdas. Cara yang pertama yaitu melalui journaling atau menulis, yaitu dengan menyiapkan kertas dan alat tulis, di mana individu dapat menuliskan apa saja yang sedang ia rasakan, dan mengapa ia merasakan hal tersebut. Selanjutnya, evaluasi kembali apa yang sudah ditulis, untuk melihat emosi mana yang perlu diberi perhatian lebih. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua emosi perlu diladeni. Membiarkan emosi-emosi datang tanpa memberikan perhatian lebih dan hanya mengawasi emosi dapat menjadi latihan mengelola emosi secara lebih sehat.
Cara yang kedua adalah dengan melakukan butterfly hug. Memeluk diri sendiri dan berbicara kepada diri sendiri layaknya berbicara pada anak kecil, serta memberikan afirmasi-afirmasi positif dapat menjadi sarana mengelola emosi yang baik. Butterfly hug atau yang dapat disebut sebagai pelukan kupu-kupu dapat dilakukan dengan menyatukan ibu jari secara menyilang dengan telapak tangan menghadap ke dada, lalu menggerakkan tangan secara perlahan di atas dada layaknya kepakan kupu-kupu.
Mengelola emosi secara sehat dan cerdas juga dapat dilakukan dengan teknik relaksasi berupa pernapasan 4-7-8, yaitu dengan menarik napas secara perlahan melalui hidung dan perut menggembung selama 4 detik, lalu menahannya selama 7 detik, kemudian menghembuskannya melalui mulut yang dikerucutkan dan perut yang mengempis selama 8 detik. Saat mempraktekkan teknik ini, banyak remaja yang kemudian tertawa karena tidak bisa menahan napas mereka. Setelah mengulanginya beberapa kali, para peserta pada akhirnya mampu melakukan teknik pernapasan 4-7-8 dengan benar.
Cara terakhir yang dapat dilakukan untuk mengelola emosi secara sehat dan cerdas yaitu melalui teknik I-Message. Teknik I-Message sendiri merupakan salah satu teknik komunikasi yang dapat digunakan saat dua pihak terlibat konflik, di mana fokusnya adalah menyampaikan apa yang ‘Aku’ rasakan, tanpa menyalahkan pihak lain. Caranya yaitu dengan mengidentifikasi emosi atau perasaan yang sedang dirasakan, dan menyampaikan situasi apa yang menimbulkan emosi tersebut muncul. Lalu sampaikan juga harapan ke depan agar kedua pihak sama-sama nyaman.
Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh mahasiswi KKN Tim II Undip ini ditutup dengan pemberian feedback. Andika, peserta yang sejak awal antusias mengikuti kegiatan pelatihan ini mengaku materi yang disampaikan mudah dimengerti dan sangat relate dengan dirinya. Meski merasa banyak perubahan dan tantangan pada masa remaja, Andika juga menyampaikan bahwa remaja tetaplah masa yang menyenangkan selama itu disyukuri.
“Tertawalah. Sungguh dunia tidak akan menyakitimu. Aku sudah berdoa,” pungkasnya sebelum kegiatan ditutup dengan foto bersama.
Editor : Dwy Sukmawati