@2024 HARYANET
Biochar 3-in-1: Inovasi Multifungsi untuk Lingkungan Berkelanjutan
Semarang, 4 Desember 2024. Mahasiswa KKN Tematik Teknik Kimia Universitas Diponegoro (UNDIP) melakukan kegiatan sosialisasi produk hasil pengolahan abu pirolisis limbah daun-daunan dan ranting berupa Biotron. Kegiatan ini dihadiri oleh petugas TPST K3L Universitas Diponegoro. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari KKN Tematik SDGs 2024 yang bertemakan “Optimalisasi TPST Universitas Diponegoro sebagai Sarana Edukasi Pengelolaan Sampah berbasis Ekonomi Sirkular dan Zero Waste”.
Biotron merupakan singkatan dari Biochar Three in One, di mana produk ini berfungsi sebagai pembenah tanah, sumber pupuk organik, dan sumber pupuk hayati. Biotron tersebut dibuat dari berbagai campuran bahan, di antaranya yaitu abu pirolisis Abu pirolisis mengandung mineral dan nutrisi yang bermanfaat bagi tanaman. Ketika dicampurkan dengan tanah, abu ini dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Dalam prosesnya, abu pirolisis ini kemudian direndam dengan kapur dolomit yang berfungsi untuk menetralkan keasaman tanah.
Dalam banyak kasus, tanah yang terlalu asam dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Dengan meningkatkan pH tanah menjadi lebih netral (antara 5 hingga 7), kapur dolomit menciptakan kondisi yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, Kapur dolomit mengandung kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), dua unsur hara yang sangat penting bagi tanaman. Keduanya membantu dalam berbagai proses fisiologis tanaman, termasuk pembentukan dinding sel dan fotosintesis.
Biotron tersebut kemudian juga direndam dengan NaCl yang berfungsi untuk mengaktivasi abu pirolisis tesebut. Setelah itu, abu pirolisis direndam dengan POC dan Trichoderma yang berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi tanaman. Dalam proses perendaman, POC yang kaya akan unsur hara akan diserap oleh biochar, sehingga meningkatkan ketersediaan nutrisi yang dapat diakses oleh tanaman, yang kemudian di akhir biotron tersebut dapat dicampur dengan kompos padat dengan perbandingan 1:1. “Proses pembuatan biotron ini tidak memakan waktu yang lama, sehingga pembuatannya masih terbilang efisien.” Tutur Astrid Eka Permatasari.
Sosialisasi ini disambut baik oleh petugas TPST K3L dan diikuti dengan sesi diskusi serta tanya jawab. Astrid berharap, dengan pembuatan biotron ini dapat meningkatkan fungsi dari abu pirolisis yang diolah di TPST K3L Universitas Diponegoro serta mampu meningkatkan nilai guna dari kompos padat yang dihasilkan dari TPST tersebut.
Penulis: Astrid Eka Permatasari
Editor: Dwy Wahyuni