Mahasiswa KKN UNDIP Memperkenalkan Biopestisida dari Kulit Bawang ke Para Petani Desa Gumul: Alternatif Ramah Lingkungan untuk Pertanian  

Petani di Desa Gumul, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten menghadapi tantangan besar dalam menjaga hasil panen mereka dari serangan hama. Pestisida kimia yang umum digunakan tidak hanya mahal tetapi juga berpotensi merusak keseimbangan ekosistem. Di sisi lain, limbah dapur seperti kulit bawang sering kali hanya dibuang begitu saja, meskipun sebenarnya mengandung senyawa alami yang efektif dalam mengendalikan hama. Untuk menjawab permasalahan ini, Kelompok Wanita Tani (KWT) diperkenalkan dengan metode sederhana dalam membuat biopestisida dari kulit bawang, sebuah solusi alami yang lebih ekonomis dan berkelanjutan. 

Kulit bawang merah maupun putih mengandung acetogenin dan flavonoid, senyawa aktif yang mampu melindungi tanaman dari serangan kutu daun, ulat, dan jamur patogen. Dengan proses perendaman sederhana selama 24–48 jam, senyawa ini dapat diekstraksi ke dalam air dan digunakan sebagai cairan penyemprot untuk tanaman. Setelah melalui penyaringan dan pencampuran dengan air dalam rasio yang seimbang, biopestisida ini siap digunakan sebagai perlindungan alami tanpa dampak negatif terhadap lingkungan.

Tujuan utama dari program ini adalah meningkatkan kesadaran petani, khususnya ibu-ibu petani, mengenai manfaat limbah dapur yang selama ini kurang dimanfaatkan. Dengan menggunakan biopestisida alami, mereka dapat mengurangi ketergantungan pada bahan kimia berbahaya, menekan biaya produksi, serta meningkatkan kualitas hasil panen. Selain itu, metode ini juga membantu mengurangi limbah organik yang biasanya hanya dibuang begitu saja, sehingga berkontribusi pada praktik pertanian yang lebih berkelanjutan.

Sebagai bagian dari pelatihan, peserta mendapatkan infografik edukatif, sampel biopestisida, serta mengikuti post-test untuk mengukur pemahaman mereka terhadap materi yang diberikan. Dengan pendekatan praktis dan mudah diterapkan, biopestisida dari kulit bawang ini diharapkan dapat menjadi solusi yang diadopsi secara luas oleh petani di Desa Gumul. Pada 23 Februari 2025, pelatihan ini menjadi tonggak penting dalam upaya menerapkan pertanian berkelanjutan di Desa Gumul, sejalan dengan SDG 12 yang menekankan konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

“Pemanfaatan limbah dapur sebagai pestisida alami membuktikan bahwa inovasi pertanian tidak harus mahal atau kompleks,” ungkap Gamma, mahasiswa Tim I Kuliah Kerja Nyata Universitas Diponegoro (KKN UNDIP) 2024/2025. “Dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, petani dapat lebih mandiri dalam mengelola lahan mereka sekaligus menjaga keseimbangan alam,” ungkap Bu Marni selaku ketua KWT. Dari limbah menjadi manfaat, inisiatif ini membuka jalan bagi pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan di masa depan.