Mahasiswa KKN UNDIP Lawu Memberi Pelatihan Teknik Furoshiki sebagai Packaging Ramah Lingkungan

Perkembangan zaman pada masa kontemporer saat ini berkembang sangat pesat melalui internet. Banyak dari kalangan anak hingga dewasa, semua memiliki akses terhadap informasi yang tersebar di internet.  Modernisasi yang semakin berkembang dengan cepat, tentunya mendorong kehidupan di desa untuk ikut maju. Desa Lawu yang mengembangkan web desa sebagai sarana digitalisasi desa, mengalami masalah pada tidak aktifnya fasilitas web desa dengan optimal. Berdasarkan masalah tersebut Tim KKN 1 Desa Lawu menghadirkan tema multidisiplin bertajuk ” Optimalisasi Fungsi Website di Desa Lawu sebagai Informasi Media Promosi dan Penguatan Identitas Lokal”, Kesawa Dimas, sebagai mahasiswa jurusan Bahasa dan Kebudayaan Jepang yang tergabung dalam Tim I KKN Universitas Diponegoro periode 2025 membuat program multidisiplin yang akan menjadi salah satu pelatihan keterampilan yang tersedia melalui web desa dengan judul “ Pelatihan Teknik Furoshiki sebagai Packaging Ramah Lingkungan ” pada Sabtu, 1 Februari 2025. 

Furoshiki 風呂敷berasal dari dua kata yaitu 風呂furo / pemandian dan 敷shiki / lantai, yang bila bergabung berubah menjadi kain pemandian. Digunakan sebagai sebutan kain pembungkus Jepang, karena pada zaman Edo (1603-1868) digunakan sebagai kain pembungkus untuk membawa pakaian ketika berada di 戦闘 (sentou) / pemandian umum. Sejarah Furoshiki berasal dari kain Tsutsumi dari zaman Nara (710-794), yang digunakan sebagai pelindung barang berharga di Kuil.

Kegiatan dimulai dengan penjelasan tentang Furoshiki, seni seni membungkus barang atau benda menggunakan kain, kepada anggota karang taruna RW 12 Desa Lawu. Kesawa kemudian memberikan pengenalan tentang pengertian sejarah Furoshiki, serta melakukan pelatihan terkait bagaimana cara melipat kain yang akan digunakan sebagai alat pembungkus tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih keterampilan bagi para muda-mudi Desa Lawu tentang bagaimana mengemas sesuatu dengan lebih estetik, dan memberi kesan eksklusifitas pada tiap barangnya. Selain itu, penggunaan kain bekas pada Furoshiki ini bertujuan untung mengurangi penggunaan sampah plastik, dengan bahan yang bisa dipakai berulang kali seperti kain bekas ini.

Para peserta pelatihan Furoshiki tampak antusias dan memperhatikan dengan seksama bagaimana proses melipat dan membungkus barang dengan kain tersebut. Meskipun beberapa peserta sempat kesulitan untuk membuat simpul, namun dapat terselesaikan dengan bantuan beberapa peserta lainnya. Diharapkan, kegiatan ini tidak hanya mengenalkan seni Furoshiki, tetapi juga dapat menanamkan nilai-nilai positif yaitu memberikan nilai keterampilan, juga membantu mengurangi sampah plastik.

Penulis : Kesawa Dimas

Editor: Marsela